Sabanua.com – Kementerian Pertanian (Kementan) terus meningkatkan produksi dan produktivitasnya melalui program-program andalannya. Diantaranya melalui Program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Project (IPDMIP) yang diinisiasi oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) dan akan berakhir pada September 2023.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, jika salah satu tujuan IPDMIP adalah meningkatkan pendapatan petani. Syahrul berharap program IPDMIP bisa memberikan dampak lebih untuk pertanian.
“Karena program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan pertanian, khususnya di Daerah Irigasi (DI) melalui peningkatan produktivitas, pembukaan akses pasar dan jasa keuangan,” ujarnya.
Pada acara Workshop Nasional Koordinasi dan Diseminasi Hasil IPDMIP, Jumat (25/8/2023). Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengatakan, tujuan yang ingin dicapai dalam program IPDMIP adalah meningkatkan ketahanan pangan serta mata pencaharian masyarakat pedesaan. Serta meningkatkan pertanian irigasi secara berkelanjutan
Selain itu, workshop ini bertujuan menyampaikan hasil-hasil yang telah dicapai oleh IPDMIP selama enam tahun yaitu dari tahun 2018 hingga 2023.
“Berdasarkan hasil tersebut seyogyanya kita dapat merumuskan kebijakan untuk langkah-langkah ke depan terutama mendorong keberlanjutan dan mereplikasi kegiatan pemberdayaan petani pasca proyek IPDMIP baik oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta untuk perbaikan pelaksanaan proyek-proyek sejenis di masa datang,” kata Dedi.
Dia menambahkan, berdasarkan laporan pencapaian IPDMIP dari sisi penyerapan pinjaman selama enam tahun, hanya mampu memanfaatkan sekitar 45 persen dari total pinjaman sebesar EUR93.150.000. Hal ini tentunya pemanfaatan pinjaman tersebut kurang optimal.
Namun dari sisi pencapaian output, outcome dan dampaknya di lapangan menghasilkan pencapaian yang melebihi dari target yang telah ditetapkan.
“Saya bangga dan mengapresiasi atas atas kerja keras dan dukungan semua pihak yang terlibat baik di pusat, provinsi maupun kabupaten, termasuk para penyuluh dan petani di lapangan,” ungkapnya.
Dedi juga menambahkan beberapa capaian penting dari IPDMIP diantaranya adalah jumlah rumah tangga petani yang telah dilayani mencapai 301.653 RTP atau 88,8 persen dari target. Tingkat pencapaian ini hampir dua kali lipat dari tingkat penyerapan pinjaman, hal ini berarti telah terjadi efisiensi dalam pemanfaatan pinjaman IFAD.
Berdasarkan hasil survei endline dilaporkan bahwa 95 persen petani penerima manfaat IPDMIP meningkat produktivitas padinya atau mencapai 126,7 persen dari target.
“Produktivitasnya meningkat rata-rata 14 persen per hektare, dari 6,12 ton/ha (saat baseline) menjadi 6,95 ton/ha (saat endline),” ucap Dedi.
Ia menilai, peningkatan produktivitas padi berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan petani.
“Berdasarkan survei endline, bahwa 94% penerima manfaat proyek meningkat pendapatannya, dan 88 persen meningkat indeks kepemilikan asetnya,” jelasnya.
Secara kualitatif, Dedi juga menilai, dapat pula dikemukakan bahwa perubahan yang paling bermakna yang diwujudkan oleh IPDMIP kepada para penerima manfaat IPDMIP, yakni perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dilanjutkan dengan penerapan atau adopsi teknologi sehingga akan menghasilkan perubahan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan yang dicirikan dengan peningkatan produktivitas dan pendapatan petani.
“Perubahan bermakna lainnya yang dirasakan oleh para petani dan penyuluh pertanian, terutama terjadi pada perbaikan layanan penyuluhan yang dilakukan melalui sekolah lapang (SL), forum berbagi pengalaman, kunjungan lintas desa, akses benih bermutu, mekanisasi, dan perbaikan,” terangnya.
Sementara itu, hasil analisis finansial dan ekonomi yang telah dilakukan menyimpulkan proyek ini tergolong layak, setiap satuan biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan proyek memberi manfaat 2,24 kali lipat.
Berdasarkan kinerja yang ditunjukkan oleh IPDMIP pada level output, outcome, dan dampak serta perubahan di lapangan, Ia yakin banyak best practices dan lesson learned yang layak diangkat, disebarluaskan dan dijadikan pelajaran dalam mendorong keberlanjutan dan replikasi kegiatan pemberdayaan petani pasca proyek IPDMIP baik oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Di samping itu, untuk perbaikan pelaksanaan proyek-proyek sejenis di masa datang.
“Saya senang dan mengapresiasi hal-hal tadi menjadi topik diskusi pada sebagian besar sesi pertemuan workshop ini, dengan menghadirkan para narasumber, baik dari unsur pemerintah daerah, kelembagaan petani, penyuluh, dan petani sendiri,” ujar Dedi.
Melalui ajang pertemuan workshop ini, yang dihadiri secara bersama oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian Keuangan, IFAD dan ADB, dengan masukan dari semua daerah.
Dedi berharap momentum ini dapat menghasilkan rumusan strategi dan langkah-langkah ke depan (way forward) setelah IPDMIP berakhir.
“Hal ini guna menjaga keberlanjutan hasil proyek berupa replikasi kegiatan ke lokasi dengan kelompok sasaran yang lebih luas dan menyusun langkah persiapan yang lebih matang dalam pengelolaan proyek sejenis di masa datang,” tutupnya.
Terpisah, Plh Kepala BBPP Binuang, Joko Tri Harjanto mengatakan khususnya untuk Kabupaten Tapin saat ini memiliki Bendungan Tapin yang bisa mengalirkan air ke 24 desa melalui irigasi yang tersebar di lima kecamatan di Kabupaten Tapin.
Bendungan Tapin memiliki potensi penyediaan air baku sebesar 500 liter/detik dan penyediaan irigasi seluas 5.472 hektar yang disalurkan melalui Daerah Irigasi (DI) Tapin.
Berdasarkan data yang disampaikan pihak bendungan mengatakan jaringan irigasi untuk outcome mencapai ribuan hektar.
”Jaringan irigasi itu meliputi 24 desa di Kecamatan Bungur, Tapin Tengah, Tapin Utara, Tapin Selatan dan Lokpaikat. Outcome 2.275 hektar dan output 22, 42 KM,” ujarnya. (JK/AG/SB05).