BBPP Kementan Semarakan Pelatihan Sejuta Petani

 

Tapin, sabanua.com – El Nino menjadi salah satu ancaman para petani pada tahun 2023. Terlebih puncak el nino terjadi pada akhir Mei. Yang rata – rata para petani memanen hasil pertanian dan kebunnya.

Untuk itu Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) mulai mempersiapkan para petani se Indonesia untuk mengantisipasi El Nino.

Salah satu upaya yakni melaksanakan pelatihan sejuta penyuluh dan petani sebagai langkah mitigasi ancaman El Nino yang akan terjadi di Indonesia.

El Nino atau kemarau ekstrim dirkirakan mulai akhir Mei 2023 dan puncaknya pada September-Agustus mendatang.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan pelatihan sejuta petani ini tidak lain untuk mempersiapkan mitigasi menghadapi musim kemarau ekstrem atau El Nino yang diperkirakan akan mencapai puncaknya Agustus mendatang

“Saya meminta kepada jajaran untuk menyiapkan langkah mitigasinya. Dan saya kira, langkah-langkah tersebut telah disiapkan dengan baik. Kita berharap dampak yang ditimbulkannya tidak akan mengganggu ketahanan pangan nasional,” katanya.

Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi menjelaskan, masa musim kemarau ekstrem mulai melanda Indonesia pada akhir Mei hingga awal Juni. Hanya saja, skalanya masih rendah.

“Fenomena ini akan semakin menguat, hingga puncaknya terjadi pada Agustus-September. Oleh karenanya, seluruh stakeholder pertanian harus mengerti dan paham apa itu El Nino,” terang Dedi.

Diakui Dedi, setelah pelatihan sejuta petani dan penyuluh ini, berharap langkah mitigasi dan adaptasi yang telah disiapkan Kementan dapat diimplementasikan dengan baik di lapangan. Sebab, air merupakan faktor produksi penting dalam pertanian.

“40 persen faktor peningkatan produktivitas pertanian itu berasal dari pengairan atau irigasi. Maka keberadaannya sangat vital. Oleh karenanya El Nino ini harus diantisipasi dengan baik, karena sebagian besar sistem pengairan pertanian kita mengandalkan curah hujan,” ujar Dedi.

Jika air hujan berkurang, maka pertanian akan mengalami penurunan yang signifikan. Secara otomatis, produktivitas pertanian akan terancam.

Melalui pelatihan yang kan dimulai hari ini hingga tiga hari kedepan yakni tanggal 23-25 Mei 2013, para petani penyuluh dan insan pertanian paham dalam mengantisipasi serta melakukan tindakan mitigasi dan adaptasi terhadap El Nino, sehingga kita dapat meminimalisir dampaknya.

“Kalau kita paham mengantisipasinya, maka penurunan produktivitas tidak akan terjadi. Tapi kalau kita tidak paham, maka produktivitas pertanian kita akan turun signifikan,” beber Dedi.

Dikatakannya, El Nino membuat curah hujan berkurang signifikan. Maka salah satu upayanya adalah mencari sumber pengairan alternatif, di antaranya adalah pemanfaatan ground water atau air tanah dan air permukaan seperti danau, kolam, sungai dan lain sebagainya.

Yang harus diingat juga, pemanfaatan air itu harus efisien dan hemat. Sawah itu tak harus tergenang terus. Berarti penggunaan air di lahan pertanian kita harus efisien. Kadang digenangi, kadang dikeringkan. Oksidatif dan reduktif harus seimbang,” tutupnya.

Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang, Bambang Haryanto mengatakan bahwa pihak Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang juga turut menyiapkan para petani – petani di Kalimantan agar dapat bersiap menghadapi El Nino.

“Saat ini kita juga melaksanakan pelatihan secara offline dengan jumlah peserta sebanyak 60 orang dari berbagai daerah di Kalimantan,” ungkapnya.

Berharap nantinya petani kita dapat bersiap menghadapi El Nino hingga tiga bulan ke depan, baik itu menyiapkan sumber – sumber air maupun hal lainnya. (JK/AG/SB02)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *