RANTAU, sabanua.com – Semakin mendekati Pilkada serentak tahun 2024, Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan (Panwascam) Salam Babaris, Kabupaten Tapin, menggandeng insan pers dan generasi muda untuk memperkuat pengawasan pemilu.
Kegiatan ini dikemas dalam bentuk diskusi interaktif di Cafe Kopi Dari Hati, Binuang, Sabtu (5/10/2024), dan dihadiri oleh berbagai elemen pemuda dan pelajar.
Acara tersebut tidak hanya sekadar sosialisasi, tetapi juga menjadi ajang pertukaran pandangan mengenai pentingnya keterlibatan publik dalam menjaga integritas proses demokrasi.
Dalam diskusi yang dipandu oleh perwakilan pers dan akademisi, hadir perspektif baru tentang peran milenial dalam mengawasi pelaksanaan pemilu.
Milenial, Penggerak Utama Pengawasan Pemilu
Ketua Panwascam Salam Babaris, Ahmad Zaini, menekankan peran strategis kaum muda sebagai garda terdepan dalam pengawasan Pilkada.
Ia menegaskan bahwa pengawasan pemilu bukan hanya tanggung jawab lembaga resmi, tetapi juga membutuhkan kontribusi aktif dari generasi muda.
“Generasi muda harus menjadi penggerak perubahan. Mereka tidak boleh hanya sekadar memilih, tetapi juga harus terlibat aktif dalam mengawasi jalannya Pilkada untuk memastikan pemilu yang bersih dan bebas kecurangan,” kata Zaeni.
Pers: Pilar Utama Transparansi Informasi
Sandy, narasumber dari Asosiasi Wartawan Tapin (Aswat), memberikan perspektif berbeda dengan menggarisbawahi peran pers sebagai penjaga transparansi.
Dalam konteks Pilkada, pers memiliki tanggung jawab besar untuk menginformasikan kepada publik mengenai setiap tahapan pemilu, sekaligus membuka mata masyarakat terhadap pelanggaran yang mungkin terjadi.
“Pers bukan hanya penyampai informasi, tetapi juga pilar utama dalam menciptakan transparansi. Dengan mengangkat isu-isu krusial, pers membantu masyarakat memahami pentingnya pengawasan pemilu,” ujar Sandy.
Menghadapi Tantangan Kerawanan Pemilu
Akademisi Akhmad Zaki Yamani menyentuh isu-isu yang lebih dalam dengan mengajak generasi muda untuk lebih melek politik. Menurut Zaki, generasi muda harus memiliki literasi politik yang baik agar bisa ikut mengawasi hal-hal krusial, seperti netralitas ASN dan kampanye hitam, yang kerap menjadi ancaman dalam proses Pilkada.
“Indeks kerawanan pemilu di Kalsel menunjukkan adanya potensi pelanggaran. Ini yang harus kita waspadai bersama. Generasi muda sebagai agen perubahan harus peka terhadap masalah ini,” ungkapnya.
Langkah Nyata Kolaborasi untuk Pemilu Berkualitas
Diskusi ini menjadi awal yang baik untuk menciptakan sinergi antara generasi muda, pers, dan Panwascam dalam menciptakan Pilkada yang lebih transparan dan akuntabel. Keterlibatan aktif publik dalam pengawasan pemilu diharapkan mampu meminimalisir berbagai potensi pelanggaran, sehingga hasil Pilkada benar-benar mencerminkan kehendak rakyat.