Fighter “Senja” Pantang Padam, Riswan untuk Olahraga Beladiri Tapin Jaya

Foto – Riswan di atas matras Kejurprov Kalsel seri keempat Sambo di Banjarbaru, Juli 2024

“Olahraga adalah salah satu hal terpenting yang dapat kamu lakukan untuk kesehatanmu, tidak hanya membantu kebugaran fisikmu tetapi juga dapat meningkatkan kesehatan mental, percaya diri dan emosional,” Riswan.

Oleh, Muhammad Fauzi Fadilah

Riswan Ade Putra, seorang fighter dengan julukan “Senja”, telah konsisten menekuni olahraga beladiri sejak remaja hingga kini. Namanya kerap muncul dalam berbagai kejuaraan lokal tingkat kabupaten hingga provinsi di Kalimantan Selatan.

Kisah inspiratif tidak hanya berasal dari atlet dengan prestasi gemilang, tetapi juga dari semangat yang berkilau dalam membangun olahraga beladiri, seperti yang ditunjukkan oleh Riswan yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-33 pada 12 Juli lalu.

Julukan, “Fighter Senja” ini merujuk kepada usianya yang sudah tak muda lagi. Umur 33 tahun bagi Riswan, sudah cukup tua untuk menapaki jenjang prestasi. Maka dari itu, pengabdian adalah arah yang bijaksana.

Sejak duduk di bangku SMP pada usia 15 tahun hingga usia 19 tahun, Riswan sudah mencatatkan medali dari berbagai pertandingan tingkat provinsi Kalimantan Selatan dalam cabang olahraga karate. Memasuki usia dewasa, ia mengalihkan fokusnya ke cabang olahraga gulat dan tinju antara tahun 2013 hingga 2020, di mana ia berhasil meraih berbagai prestasi di tingkat regional Kalimantan.

Saat ini, Riswan terlibat dalam perkembangan olahraga beladiri Sambo di Kabupaten Tapin, yang mulai populer di Kalimantan Selatan sejak tahun 2021. Ia menyadari bahwa banyak atlet beladiri yang mengalami penurunan semangat ketika gagal pada usia mereka menginjak 20 tahun, dan banyak yang akhirnya mengubur impian mereka. Namun, bagi Riswan, semangat untuk berkontribusi dan membangun olahraga beladiri di Tapin harus tetap membara.

“Walaupun usia prestasi kita sudah lewat, saya tetap berkomitmen untuk membantu pengembangan olahraga beladiri di Tapin,” tegas Riswan dengan semangat.

Bagi Riswan, menyerah adalah bentuk pengkhianatan. Meskipun tidak lagi dapat mengejar prestasi pribadi, ia tetap bertekad untuk menyumbangkan tenaga, waktu, dan pengalamannya demi membantu generasi muda Tapin untuk mencapai potensi terbaik mereka.

Foto – Riswan bersama tunas muda Sambo Tapin

Riswan dan Sambo

Sebagai guru Seni Budaya di SDN Bakarangan dan lulusan Program Studi Sendratasik Universitas Lambung Mangkurat (2015), Riswan aktif menularkan kecintaannya pada olahraga beladiri, khususnya Sambo, kepada anak-anak di sekitar lingkungan sekolah. Ia berupaya menjangkau pelajar di SMPN 1 Bakarangan dan anak-anak di Desa Gadung – Parigi, yang dikenal sebagai kampung jawara.

“Jelas, untuk jenjang prestasi kita sudah habis umur. Namun, untuk membantu membangun berkembangnya olahraga beladiri di Tapin kita tak akan menyerahkan,” ujar Riswan dengan galak tawanya.

Tujuannya , jelas. Yakni agar, para tunas muda memiliki peluang besar untuk melesat sehingga  bisa mengharumkan daerah dan menjadikan olahraga beladiri digemari di masa mendatang.

“Motovasi olahraga untuk meningkat prestasi anak-anak yang ada di Tapin. Iya, kita coba jangkau yang ada potensi yang dekat dengan lingkungan sekolah ku misalnya pelajar SMPN 1 Bakarangan.  Lalu, anak-anak di sekitar Desa Gadung – Parigi. Di wilayah ini, dikenal dengan kampung jawara,” ujarnya.

Olahraga Sambo yang kini digeluti Riswan di Kabupaten Tapin sedang naik daun. Pada 2021 lalu terbentuk Persatuan Sambo Indonesia (Persambi) Kabupaten Tapin. Sebagai ketua yakni Eddy Wahyuriady dengan masa bakti 2021 hingga 2025.

Pembentukan Persambi ini, tak lama setelah dua atlet Sambo asal Tapin sukses di ajang PON XX Papua. Yakni, Ali Badali dan Muhammad Fuad mereka membawa pulang medali emas serta perunggu untuk Kalimantan Selatan.

Eksistensi Sambo Tapin pada debut pertama cabang olahraga ini di tingkat provinsi sangat membanggakan. Para anak didik Fuad si “Meriam Banjar” sabet 27 medali yaitu penyumbang terbanyak untuk Tapin pada Porprov Kalimantan Selatan ke – XI di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

“Kenal Sambo diajak sahabat atau teman akrab. Dulu, kita sama-sama berjuang di Kalimantan Selatan. Sejak awal ada, kita bergabung, olahraga Sambo ini sangat menarik,” ujarnya Riswan seorang lelaki yang hobi main burung ini.

Tua dan masih punya nyali. Riswan baru tadi cukup liar di atas matras pada kelas combat 79 kg plus di Kejurprov Sambo series empat yang digelar di Atrium Qmall Banjarbaru awal Juli tadi.

Pertarungan Riwan dan tuan rumah yakni Hadi Pornomo di semifinal cukup sengit. Di ronde pertama, perwakilan Tapin ini tertinggal 5 poin, namun berhasil diselesaikan Riswan di menit akhir dengan baik sehingga membalikkan keadaan.

Waktu itu, Riswan berhasil melancarkan hoox kanan dengan baik ke bagian wajah. Kerasnya serangan ini memaksa wasit untuk menarik petarung tuan rumah keluar lapangan agar mendapatkan perawatan dan pertandingan pun selesai.

“Kemarin, kita harus puas dengan juara 2 juara. Pertarungan dengan tuan rumah cukup sengit, sampai tangan ku cedera, jadi terpaksa tak bisa bertanding di final,” ungkapnya.

Riswan sangat berharap semangat para tunas muda yang saat ini tumbuh subur di Tapin, bisa memiliki tujuan yang jelas dan konsisten.

Era ini, dikatakan Riswan, dibandingkan zamannya lebih besar peluang untuk berkembang dan meniti prestasi setinggi-tingginya karena banyak yang mendukung.

“Kita sangat mengharapkan semangat ini tumbuh. Selain itu, agar sengat ini bersambut kita sangat mengharapkan kepada pihak terkait untuk memenuhi sarana dan prasarana olahraga Sambo di Tapin. Karena sampai saat ini tempat latihan kami masih pinjam dengan cabor gulat,” ujarnya.

Bagi Riswan, terlepas dari semua perjuangan dan prestasi : menggerakkan semua orang untuk berolahraga adalah yang utamanya. “Ya, saya rasa ada benarnya, dibalik tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Banyangkan, generasi emas Tapin gemar olahraga, pastinya keren dan mengandung manfaat untuk daerah,” tutupnya.

Foto – Riswan tunjukan medali dan Sang Pelatih si Meriam Banjar

Rekam Prestasi

1. Popda (2006) : Karate Junior kelas 46kg =  Emas
2. ⁠Porprov (2006) : Karate Senior kelas 50kg = Perak
3. ⁠Popda (2009) : Karate kelas 50kg = Perak
4. ⁠Kejurprov (2009) : Karate senior = Perak
5. ⁠Porprov  (2010) : Karate = Perunggu
6. ⁠Kejurprov (2013) : Gulat kelas 58kg = Perak
7. ⁠Porprov 2013 : Tinju = Medali Perak
8. ⁠Piala Bupati Kapuas : Tinju kelas 56kg = Emas
9. ⁠Piala Katingan Cup : Tinju kelas 56kg = Perak
10. ⁠Kejurnas Kalsel di Jambi : Tinju kelas 56kg : Perunggu
11. ⁠Kejurnas Kaltim : Tinju kelas 56kg :  Perunggu
12. ⁠Porprov (2022) : Sambo kelas 79kg dan beregu : Medali Perunggu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *